Kota Pekanbaru
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Kota Pekanbaru
|
|
Dari atas, kiri ke kanan: Fakultas Kedokteran Universitas Riau; Anjung Seni Idrus Tintin; Masjid Agung An-Nur; Lampion pada saat perayaan Tahun Baru Imlek di Kampung Tionghoa Melayu Pekanbaru; Jalan Tuanku Tambusai; Masjid ar-Rahman. |
|
Semboyan:
BERTUAH (Bersih, Tertib, Usaha Bersama, Aman dan Harmonis)
|
|
Kota Pekanbaru
Letak
Kota Pekanbaru di Indonesia
|
|
Koordinat:
0°28′53,5″LU 101°28′7,23″BT
|
|
Hari jadi
|
|
Pemerintahan
|
|
• Walikota
|
|
• Total
|
950,571 jiwa
|
12
|
|
63
|
|
Situs web
|
Kota Pekanbaru adalah ibu kota dan kota terbesar di provinsi Riau, Indonesia. Kota ini merupakan kota perdagangan
dan jasa,[2] termasuk
sebagai kota dengan tingkat pertumbuhan, migrasi dan urbanisasi yang tinggi.[3]
Pekanbaru
mempunyai satu bandar udara internasional, yaitu Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II dan terminal
bus terminal antar kota dan antar provinsi Bandar Raya Payung Sekaki, serta dua
pelabuhan di Sungai Siak, yaitu Pelita
Pantai dan Sungai Duku.
Saat ini Kota
Pekanbaru sedang berkembang pesat menjadi kota dagang yang multi-etnik,
keberagaman ini telah menjadi modal sosial dalam mencapai kepentingan bersama
untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakatnya.[4]
Daftar isi
- 1 Sejarah
- 2 Geografi
- 3 Kependudukan
- 4 Pemerintahan
- 5 Perekonomian
- 6 Kesehatan
- 7 Pendidikan
- 8 Pelayanan umum
- 9 Perhubungan
- 10 Pariwisata
- 11 Olahraga
- 12 Pers dan Media
- 13 Galeri
- 14 Referensi
- 15 Pranala luar
Sejarah
Sultan Siak
beserta Dewan Menteri serta Kadi Siak tahun 1888
Perkembangan kota ini pada awalnya
tidak terlepas dari fungsi Sungai Siak
sebagai sarana transportasi dalam mendistribusikan hasil bumi dari pedalaman
dan dataran tinggi Minangkabau ke wilayah pesisir Selat Malaka.
Pada abad ke-18, wilayah Senapelan di tepi Sungai Siak, menjadi pasar (pekan)
bagi para pedagang Minangkabau Seiring dengan berjalannya waktu, daerah ini berkembang
menjadi tempat pemukiman yang ramai. Pada tanggal 23 Juni 1784, berdasarkan musyawarah "Dewan Menteri" dari Kesultanan Siak,
yang terdiri dari datuk empat suku (Pesisir, Limapuluh, Tanah Datar, dan Kampar),
kawasan ini dinamai dengan Pekanbaru, dan dikemudian hari diperingati sebagai
hari jadi kota ini.
Berdasarkan Besluit van Het
Inlandsch Zelfbestuur van Siak No.1 tanggal 19 Oktober
1919,
Pekanbaru menjadi bagian distrik dari Kesultanan Siak.
Namun pada tahun 1931, Pekanbaru
dimasukkan ke dalam wilayah Kampar Kiri yang dikepalai oleh seorang controleur yang
berkedudukan di Pekanbaru dan berstatus landschap sampai tahun 1940. Kemudian menjadi ibukota Onderafdeling Kampar Kiri
sampai tahun 1942.[8]
Setelah pendudukan Jepang pada
tanggal 8 Maret 1942, Pekanbaru dikepalai oleh seorang gubernur militer yang
disebut gokung.
Selepas kemerdekaan Indonesia,
berdasarkan Ketetapan Gubernur Sumatera di Medan tanggal 17 Mei 1946 Nomor 103, Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang disebut Haminte
atau Kotapraja.[7]
Kemudian pada tanggal 19 Maret 1956, berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 Republik Indonesia, Pekanbaru (Pakanbaru) menjadi daerah otonom kota
kecil dalam lingkungan Provinsi Sumatera Tengah.[9]
Selanjutnya sejak tanggal 9 Agustus
1957
berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 Republik Indonesia,
Pekanbaru masuk ke dalam wilayah Provinsi Riau yang baru terbentuk.[10]
Kota Pekanbaru resmi menjadi ibu kota Provinsi Riau pada tanggal 20 Januari
1959
berdasarkan Kepmendagri nomor Desember 52/I/44-25[7]
sebelumnya yang menjadi ibu kota adalah Tanjungpinang[11]
(kini menjadi ibu kota Provinsi Kepulauan Riau).
Geografi
Secara geografis kota Pekanbaru
memiliki posisi strategis berada pada jalur Lintas Timur Sumatera, terhubung dengan beberapa kota seperti Medan, Padang dan Jambi, dengan
wilayah administratif, diapit oleh Kabupaten Siak
pada bagian utara dan timur, sementara bagian barat dan selatan oleh Kabupaten Kampar.
Kota ini dibelah oleh Sungai Siak
yang mengalir dari barat ke timur dan berada pada ketinggian berkisar antara 5
- 50 meter di atas permukaan laut. Kota ini termasuk beriklim tropis dengan
suhu udara maksimum berkisar antara 34.1 °C hingga 35.6 °C, dan suhu minimum
antara 20.2 °C hingga 23.0 °C.[12]
Sebelum tahun 1960 Pekanbaru hanyalah kota dengan luas 16 km² yang kemudian
bertambah menjadi 62.96 km² dengan 2 kecamatan yaitu kecamatan Senapelan dan
kecamatan Limapuluh. Selanjutnya pada tahun 1965 menjadi 6 kecamatan, dan tahun 1987 menjadi 8 kecamatan dengan luas wilayah 446,50 km², setelah
Pemerintah daerah Kampar menyetujui untuk menyerahkan sebagian dari wilayahnya
untuk keperluan perluasan wilayah Kota Pekanbaru, yang kemudian ditetapkan
melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1987.[13]
Kemudian pada tahun 2003 jumlah kecamatan pada kota ini dimekarkan menjadi 12
kecamatan.[12]
Kependudukan
Suasana perayaan Tahun Baru Imlek di
Kampung Tionghoa Melayu Pekanbaru, Jalan Dr. Leimena (Karet)
Komposisi etnis di Kota Pekanbaru
|
|
Etnis
|
Jumlah (%)
|
37,96
|
|
26,10
|
|
15,70
|
|
11,06
|
|
2,5
|
|
Lain-lain
|
6,7
|
Sumber: Sensus 2010 [15]
|
Sejak tahun 2010, Pekanbaru telah
menjadi kota ketiga berpenduduk terbanyak di Pulau Sumatera, setelah Medan dan Palembang. Laju pertumbuhan ekonomi Pekanbaru yang cukup pesat,
menjadi pendorong laju pertumbuhan penduduknya.
Etnis Minangkabau
merupakan masyarakat terbesar dengan jumlah sekitar 37,96% dari total penduduk
kota.[15]
Mereka umumnya bekerja sebagai profesional dan pedagang. Selain itu, etnis yang
juga memiliki proporsi cukup besar adalah Melayu, Jawa, Batak, dan Tionghoa. Perpindahan ibu kota Provinsi Riau dari Tanjungpinang ke
Pekanbaru pada tahun 1959, memiliki andil besar menempatkan Suku Melayu
mendominasi struktur birokrasi pemerintahan kota. Namun sejak tahun 2002
hegemoni mereka berkurang seiring dengan berdirinya Provinsi Kepulauan Riau,
hasil pemekaran Provinsi Riau.
Masyarakat Tionghoa Pekanbaru pada
umumnya merupakan pengusaha, pedagang dan pelaku ekonomi. Selain berasal dari
Pekanbaru sendiri, masyarakat Tionghoa yang bermukim di Pekanbaru banyak yang
berasal dari wilayah pesisir Provinsi Riau, seperti dari Selatpanjang, Bengkalis dan Bagan Siapi-api.
Selain itu, masyarakat Tionghoa dari Medan dan Padang juga banyak ditemui di
Pekanbaru, terutama setelah era milenium dikarenakan perekonomian Pekanbaru
yang bertumbuh sangat pesat hingga sekarang.
Masyarakat Jawa awalnya banyak
didatangkan sebagai petani pada masa pendudukan tentara Jepang, sebagian mereka juga sekaligus sebagai pekerja romusha
dalam proyek pembangunan rel kereta api. Sampai tahun 1950 kelompok etnik ini
telah menjadi pemilik lahan yang signifikan di Kota Pekanbaru. Namun
perkembangan kota yang mengubah fungsi lahan menjadi kawasan perkantoran dan
bisnis, mendorong kelompok masyarakat ini mencari lahan pengganti di luar kota,
namun banyak juga yang beralih okupansi.
Berkembangnya industri terutama
yang berkaitan dengan minyak bumi, membuka banyak peluang pekerjaan, hal ini juga menjadi
pendorong berdatangannya masyarakat Batak. Pasca PRRI eksistensi kelompok ini makin menguat setelah beberapa
tokoh masyarakatnya memiliki jabatan penting di pemerintahan, terutama pada
masa Kaharuddin Nasution menjadi "Penguasa Perang Riau Daratan".
Tahun
|
1930
|
1954
|
1961
|
1971
|
1990
|
2000
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2010
|
2015
|
|
Jumlah penduduk
|
2.990
|
28.314
|
70.821
|
145.030
|
398.694
|
587.842
|
720.197
|
754.467
|
779.899
|
799.213
|
897.767
|
1.093.416
|
|
Agama
Komposisi agama di Kota Pekanbaru
|
|
Agama
|
Jumlah (%)
|
84,8
|
|
9,6
|
|
3,46
|
|
1,25
|
|
Lain-lain
|
0,89
|
Sumber: Sensus 2010
|
Agama Islam merupakan salah satu agama yang dominan dianut oleh masyarakat Kota Pekanbaru,
sementara pemeluk agama Kristen, Buddha, Katolik, Khonghucu dan Hindu juga terdapat di kota ini.
Sebagai bagian dalam pembangunan
kehidupan beragama, Kota Pekanbaru tahun 1994, ditunjuk untuk pertama kalinya
menyelenggarakan Musabaqah
Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat nasional yang ke-17.
Pada perlombaan membaca Al-quran ini, jika sebelumnya diikuti oleh satu orang utusan, untuk
setiap wilayah provinsi, maka pada MTQ ini setiap provinsi mengirimkan 6 orang
utusan.[19]
Pemerintahan
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Daftar
Wali Kota Pekanbaru
Pasca
PRRI
Kota Pekanbaru secara administratif
dipimpin oleh seorang wali kota. Efektifitas pemerintahan kota di Pekanbaru
adalah setelah berakhirnya peristiwa Pemerintahan
Revolusioner Republik Indonesia,
walau pada 14 Mei 1958 OKM
Jamil telah ditunjuk menjadi Walikota
Pekanbaru, namun pengaruh perang saudara
membuat roda pemerintahan jadi tidak menentu. Pada 9 November 1959, kembali
ditunjuk Datuk
Wan Abdul Rahman sebagai wali kota berikutnya, yang
sebelumnya menjabat sebagai Bupati Kampar. Selanjutnya pada 29 Maret 1962,
digantikan oleh Tengku
Bay, yang sebelumnya juga menjabat
sebagai Bupati Indragiri.
Orde
baru
Dimulainya dengan menguatnya
pemerintahan Orde Baru, membawa beberapa perubahan pada sistem pemerintahan dalam
Provinsi Riau, termasuk Kota Pekanbaru. Dominasi militer mulai mengambil peran
dalam pemerintahan serta ditambah dengan munculnya hegemoni satu kekuatan
politik juga mewarnai pemerintahan Kota Pekanbaru. Selanjutnya pada 1 Juni 1968, diangkat Raja
Rusli B.A. sebagai wali kota sampai tanggal 10 Desember
1970, dan
digantikan oleh Drs.
Abdul Rahman Hamid, yang memeintah lebih dari 10
tahun.
Kemudian pada masa berikutnya mulai
diterapkan penertiban periode pemerintahan kota, dan pada 5 Juli 1981, terpilih Ibrahim
Arsyad, S.H., pada 21 Juli 1986 digantikan oleh Drs.
Farouq Alwi, berikutnya pada 22 Juli 1991 terpilih H.
Oesman Effendi Apan, S.H.,
memerintah selama dua periode.
Otonomi
daerah
Memasuki era pemerintahan otonomi daerah
yang lebih luas, telah menimbulkan euforia yang berlebihan pada beberapa
kelompok masyarakat di Pekanbaru, kecendrungan tertentu terutama berkaitan
dengan politik dan ekonomi,
mendorong masyarakatnya berlaku diskriminasi.
Klaim beberapa kelompok masyarakatnya atas keutamaan mereka dibandingkan
kelompok lainnya, dapat menjadi api dalam sekam, jika dibiarkan akan
dapat menimbulkan disintegrasi pada masyarakat Kota Pekanbaru.[20]
Pada tahun 2001 terpilih Drs. H. Herman Abdullah M.M. sebagai wali kota, memerintah selama dua periode, ia
termasuk salah satu wali kota yang berhasil dalam menertibkan sistem birokrasi
pemerintahan Pekanbaru, sehingga mampu meningkatkan pelayanan kepada
masyarakatnya.[21]
Namun pada tahun 2010
berdasarkan survei persepsi kota-kota di seluruh Indonesia oleh Transparency
International Indonesia (TII),
kota ini termasuk kota terkorup di Indonesia bersama dengan Kota Cirebon.
Hal ini dilihat dari Indeks Persepsi Korupsi Indonesia (IPK-Indonesia) 2010 yang merupakan pengukuran
tingkat korupsi
pemerintah daerah di Indonesia. Pekanbaru mendapat nilai IPK sebesar 3.61,
dengan rentang indeks 0 sampai 10.
Pemilihan
langsung
Pada tanggal 21 Juni 2006 dilaksanakan pemilihan wali kota dan wakil wali kota secara
langsung, dengan dua pasangan calon yang ikut serta yaitu Erwandy
Saleh - Ayat
Cahyadi yang diusung oleh Partai
Keadilan Sejahtera dan Herman Abdullah
- Erizal Muluk yang diusung oleh Golkar.[22]
Pada tanggal 18 Mei 2011 untuk kedua kalinya diselenggarakan pemilihan wali kota dan
wakilnya secara langsung oleh masyarakat Pekanbaru, H. Firdaus S.T., M.T. terpilih dengan suara terbanyak,[23]
namun berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia hasil tersebut dibatalkan dan mesti
diadakan pemungutan suara ulang (PSU).[24]
Untuk mengisi kekosongan pemerintahan kota, Gubernur Riau Drs. H. Rusli Zainal
mengangkat Dr.
H. Syamsurizal S.E., M.M., sebagai
pelaksana tugas (Plt) Walikota Pekanbaru.[25]
Kemudian berdasarkan PSU tanggal 21 Desember
2011,[26]
Firdaus kembali memenangi pemilihan kepala daerah Kota Pekanbaru, walau dalam
pelaksanaan PSU tersebut hanya 253.232 masyarakat atau 49% saja yang
menggunakan hak pilihnya.[27]
Perwakilan
Dari hasil Pemilu Legislatif 2009,
jumlah anggota DPRD kota Pekanbaru adalah sebesar 45 orang[28][29]
yang tersusun atas perwakilan 12 partai.[30]
Kemudian untuk struktur pimpinan DPRD Kota Pekanbaru disusun atas ketua (Fraksi
Partai Demokrat), dan tiga wakil ketua (Fraksi PG, Fraksi PKS dan Fraksi PAN).[31]
Partai
|
Kursi
|
|
9
|
||
9
|
||
5
|
||
5
|
||
4
|
||
4
|
||
2
|
||
2
|
||
2
|
||
1
|
||
1
|
||
1
|
||
Total
|
45
|
|
Sumber:[30]
|
Perekonomian
Mal SKA
Saat ini Pekanbaru telah menjadi
kota metropolitan, yaitu dengan nama Pekansikawan, (Pekanbaru, Siak, Kampar, dan Pelalawan). Perkembangan
perekonomian Pekanbaru, sangat dipengaruhi oleh kehadiran perusahaan minyak,
pabrik pulp dan kertas, serta perkebunan kelapa sawit beserta pabrik
pengolahannya. Kota Pekanbaru pada triwulan I 2010 mengalami peningkatan
inflasi sebesar 0,79%, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai
0,30%. Berdasarkan kelompoknya, inflasi terjadi hampir pada semua kelompok
barang dan jasa kecuali kelompok sandang dan kelompok kesehatan yang pada
triwulan laporan tercatat mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,88% dan
0,02%. Secara tahunan inflasi kota Pekanbaru pada bulan Maret 2010 tercatat
sebesar 2,26%, terus mengalami peningkatan sejak awal tahun 2010 yaitu 2,07%
pada bulan Januari 2010 dan 2,14% pada bulan Februari 2010.[32]
Posisi Sungai Siak sebagai jalur
perdagangan Pekanbaru, telah memegang peranan penting dalam meningkatkan
pertumbuhan ekomoni kota ini. Penemuan cadangan minyak bumi
pada tahun 1939 memberi andil besar bagi perkembangan dan migrasi penduduk dari
kawasan lain. Sektor perdagangan dan jasa saat ini menjadi andalan Kota
Pekanbaru, yang terlihat dengan menjamurnya pembangunan ruko pada jalan-jalan
utama kota ini. Selain itu, muncul beberapa pusat perbelanjaan modern,
diantaranya: Plaza
Senapelan, Plaza
Citra, Plaza
Sukaramai, Mal Pekanbaru,
Mal SKA, Mal Ciputra Seraya,[33]
Lotte Mart,
Metropolitan Trade Center, The
Central, Ramayana dan Giant. Walau di tengah perkembangan pusat perbelanjaan modern
ini, pemerintah kota terus berusaha untuk tetap menjadikan pasar tradisional
yang ada dapat bertahan, di antaranya dengan melakukan peremajaan, memperbaiki
infrastruktur dan fasilitas pendukungnya.[34]
Beberapa pasar
tradisional yang masih berdiri, antara lain Pasar Bawah, Pasar Raya Senapelan
(Pasar Kodim), Pasar Andil, Pasar Rumbai, Pasar Limapuluh dan Pasar Cik Puan.[35]
Sementara dalam pertumbuhan bidang
industri di Kota Pekanbaru terus mengalami peningkatan dengan rata-rata
pertumbuhan pertahun sebesar 3,82 %, dengan kelompok industri terbesar
pada sektor industri logam, mesin, elektronika dan aneka, kemudian disusul
industri pertanian dan kehutanan. Selain itu beberapa investasi yang ditanamkan
di kota ini sebagian besar digunakan untuk penambahan bahan baku, penambahan
peralatan dan perluasan bangunan, sebagian kecil lainnya digunakan untuk
industri baru.[36]
Kesehatan
Kota Pekanbaru memiliki beberapa rumah sakit
yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Dalam memberikan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, pemerintah Pekanbaru mencoba melengkapi sarana dan
prasarana yang ada saat ini diantaranya akan membangun gedung baru untuk Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad yang saat ini baru memiliki 264 kamar untuk rawat inap.
Dengan selesainya bangunan tersebut, kapasitas rawat inap RSUD Arifin Achmad,
akan bertambah menjadi 400 kamar.[37]
Sementara kehadiran rumah sakit yang dikelola oleh pihak swasta di kota ini
cukup signifikan antara lain Rumah Sakit Santa Maria
yang sebelumnya bernama Balai Pengobatan Santa Maria,[38]
Rumah Sakit Ibnu Sina
yang didirikan oleh YARSI Riau kemudian dikelola oleh PT. Syifa Utama,[39]
Rumah Sakit Awal Bros,[40]
Rumah
Sakit Bina Kasih, Pekanbaru Medical Centre
(PMC) dan Eka
Hospital.
Sampai tahun 2006 penyebaran dan
pelayanan puskesmas di kota Pekanbaru masih belum merata terhadap masyarakatnya
yaitu dengan ratio 1,99. Sementara persentase kunjungan penduduk memanfaatkan
puskesmas baru sekitar 19%. Hal ini dimungkinkan karena telah banyaknya rumah
sakit swasta yang memberikan pelayanan yang lebih baik.[41]
Pendidikan
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Perguruan Tinggi di Pekanbaru
Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Riau
Beberapa perguruan tinggi juga
terdapat di kota ini, di antaranya adalah Politeknik Caltex Riau, Universitas Riau,
UIN Suska,
Universitas
Muhammadiyah Riau, Universitas Islam Riau, dan Universitas
Lancang Kuning. Sampai tahun 2008, di Kota
Pekanbaru baru sekitar 13,87% masyarakatnya dengan pendidikan tamatan perguruan tinggi,
dan masih didominasi oleh tamatan SLTA sekitar 37,32%. Sedangkan tidak memiliki
ijazah sama
sekali sebanyak 12,94% dari penduduk Kota Pekanbaru yang berumur 10 tahun ke
atas.[42]
Perpustakaan
Soeman Hs merupakan perpustakaan
pemerintah provinsi Riau, didirikan untuk penunjang pendidikan masyarakat
Pekanbaru khususnya dan Riau umumnya. Perpustakaan ini terletak di jantung Kota
Pekanbaru, termasuk salah satu perpustakaan "termegah di Indonesia",
dengan arsitektur yang unik serta telah memiliki koleksi 300 ribu buku sampai
tahun 2008.[43]
Nama perpustakaan ini diabadikan dari nama seorang guru dan sastrawan Riau, Soeman
Hasibuan.[44]
SMA negeri dan swasta
|
MA negeri dan swasta
|
SMK negeri dan swasta
|
|||||
Jumlah satuan
|
456
|
300
|
90
|
34
|
56
|
70
|
|
Pelayanan
umum
Anjung Seni Idrus Tintin di Kompleks
MTQ
Untuk mengantisipasi kebutuhan
energi listrik dimasa mendatang, pemerintah kota Pekanbaru telah mengusahakan
pembebasan lahan seluas 40 ha untuk pembangunan PLTU
Tenayan Raya.[47]
Sementara untuk memenuhi kebutuhan
air bersih, Pemerintah kota melalui PDAM memanfaatkan air permukaan dari Sungai
Siak yang mempunyai kapasitas 5000 liter/detik sebagai sumber air baku bagi
Instalasi Pengolah Air Bersih, yang terpasang dengan kapasitas 380 liter/detik.
Selanjutnya sistem pengolahan penuh dan chlorinasi digunakan untuk memproduksi
air bersih dengan kapasitas 350 liter/detik. Dari kapasitas produksi yang ada,
telah terdistribusi dalam 18.660 unit Sambungan Rumah (SR) dan 45 Hidran Umum
(HU). Setiap SR rata-rata digunakan 5 – 6 orang dan HU dapat digunakan 100
orang. Fasilitas ini memang belum mencukupi kebutuhan keseluruhan masyarakat
kota ini, sehingga sebagian besar masyarakat masih memanfaatkan secara langsung
air permukaan dari sungai Siak tersebut.[48]
Saat ini pemerintah kota telah
menetapkan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di 2 lokasi dengan metode open
dumping, yaitu kawasan Limbungan seluas 5 Ha dengan jarak dari kawasan
pemukiman 19 km dan Kulim seluas 3 Ha dengan jarak dari kawasan pemukiman 8 km.
Selain itu gerobak sampah masih digunakan untuk pengumpulan tak langsung,
jumlah total gerobak yang ada saat ini adalah 305 buah dengan kapasitas
rata-rata 1 m³ untuk melayani pengumpulan individual pada 5 wilayah
pengumpulan. Sarana pemindahan yang ada berupa bak sampah pasangan batu-bata
dan pelat baja sebanyak 32 buah dengan daya tampung 157.5 m³. Saat ini
kapasitas penampungan TPS baru mencapai 8 % terhadap total timbunan yang
ada. Untuk armada angkutan pengambilan sampah langsung digunakan truk bak
terbuka, jumlah pengangkutan yang dilakukan adalah 2 – 3 kali per harinya,
sehingga kapasitas pengangkutan baru mencapai 20 %. Sedangkan setiap
harinya terdapat 170 m³ timbunan sampah, sehingga jumlah sampah yang telah
dikelola dan terangkut sampai ke TPA baru mencapai 120 m³/hari atau sekitar
60 %.[48]
Daerah kota Pekanbaru yang memiliki
ketinggian antara 1 sampai 20 meter dengan curah hujan dalam klasifikasi
sedang, yaitu antara 100-200 per bulan. Secara umum permasalahan banjir di kota
ini adalah masalah genangan air, baik akibat adanya limpasan dari saluran
drainase yang ada maupun akibat terhambatnya pengaliran air. Saluran drainase
yang ada saat ini baru mencakup 13.930 Ha, yang terdiri dari sistem drainase
besar sepanjang 10.123 meter, sistem drainase kecil sepanjang 15.456 m dan sistem
drainase tersier sepanjang 7.789 m.[48]
Pemerintah kota saat menetapkan
pengembangkan kawasan permukiman perkotaan ke arah ke selatan, timur dan barat
kota (kecamatan Tampan, kecamatan
Marpoyan Damai, kecamatan Bukit Raya, kecamatan Tenayan Raya, dan kecamatan
Payung Sekaki). Sedangkan Kecamatan Senapelan, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Sail
dan Kecamatan Limapuluh sebagai kawasan perdagangan
dan jasa dengan
skala pelayanan regional dan internasional, perumahan perkotaan (town house
dan apartemen), yang diintegasikan dengan sistem jaringan transportasi massal
dan sistem jaringan transportasi regional melalui jalan tol, akses ke bandara
dan pelabuhan di Sungai Siak.
Perhubungan
Jalan Tuanku Tambusai, salah satu
jalan utama di Pekanbaru
Bandara
Sultan Syarif Kasim II
Pekanbaru.
Pekanbaru dihubungkan oleh jaringan
jalan yang tersambung dari arah Padang di sebelah barat, Medan di sebelah utara, dan Jambi di sebelah selatan. Terminal
Bandar Raya Payung Sekaki merupakan
pusat pelayanan transportasi antar kota dan antar provinsi, yang telah
direncanakan pemerintah setempat menjadi sarana orientasi dan perpindahan antar
moda transportasi dengan akses ke sistem jaringan transportasi regional,
bandara, dan pelabuhan.
Bandara
Sultan Syarif Kasim II menjadi
salah satu bandar udara tersibuk di Sumatera dan dicanangkan akan menjadi salah
satu bandara internasional di pulau Sumatera.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Angkasa Pura II
pada tahun 2011 penumpang yang melalui bandara ini mencapai angka 1.259.993
penumpang per tahun.[49]
Pelabuhan Pekanbaru yang terletak di
tepi Sungai Siak dan berjarak 96 mil ke muara sungai, menjadi sarana
transportasi untuk komoditi ekspor seperti kelapa sawit. Selain itu, pelabuhan
ini juga menghubungkan Pekanbaru dengan kawasan di pesisi Provinsi Riau seperti
Selatpanjang, Bengkalis, Siak Sri Indrapura, Sei Pakning dan lain sebagianya
serta kota - kota di Kepulauan Riau,
seperti Tanjungpinang dan Batam.
Selain itu, Transmetro Pekanbaru merupakan sarana transportasi massal jalur darat di Kota
Pekanbaru, sekaligus sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi tingkat
kemacetan di kota ini.
Pada masa pendudukan tentara Jepang, dilakukan pembangunan rel kereta api yang menghubungkan
Pekanbaru menuju Padang melalui Sawahlunto.
Proyek ini sebelumnya telah direncanakan pada masa pemerintahan Hindia-Belanda
dan diselesai pada 15 Agustus 1945,[50][51]
walau sampai sekarang jalur ini tidak pernah diaktifkan lagi.
Pariwisata
Hotel Arya Duta
Kota Pekanbaru memiliki beberapa
bangunan dengan ciri khas arsitektur Melayu diantaranya bangunan Balai Adat
Melayu Riau yang terletak di jalan Diponegoro, Bangunan ini terdiri dari dua
lantai, di lantai atasnya terpampang beberapa ungkapan adat dan pasal-pasal Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji
sastrawan
keturunan Bugis.[52]
Pada bagian kiri dan kanan pintu masuk ruangan utama dapat dibaca pasal 1–4, sedangkan
pasal 5–12 terdapat di bagian dinding sebelah dalam ruangan utama. Kemudian di
jalan Sudirman terdapat Gedung Taman Budaya Riau, gedung ini berfungsi sebagai
tempat untuk pagelaran berbagai kegiatan budaya dan seni Melayu Riau dan
kegiatan-kegiatan lainnya. Sementara bersebelahan dengan gedung ini terdapat
Museum Sang Nila Utama, merupakan museum daerah Riau yang memiliki berbagai koleksi benda
bersejarah, seni, dan budaya. Museum ini menyandang nama seorang tokoh legenda
dalam Sulalatus Salatin, pendiri Singapura.
Selanjutnya Anjung Seni Idrus Tintin salah satu ikon budaya di Kota Pekanbaru,
merupakan bangunan dengan arsitektur tradisional, menggunakan nama seorang seniman Riau,
Idrus Tintin, dibangun pada kawasan yang dahulunya menjadi tempat
penyelengaraan MTQ ke-17.
Pada kawasan Senapelan terdapat
Masjid Raya Pekanbaru yang sebelumnya dikenal dengan nama Masjid Alam,[53]
dibangun sekitar abad ke-18 dengan gaya arsitektur tradisional dan merupakan
masjid tertua di Kota Pekanbaru.[54]
Sementara Tradisi Petang Megang disaat memasuki bulan Ramadan telah
dilakukan sejak masa Kesultanan Siak
masih tetap diselenggarakan oleh masyarakat Kota Pekanbaru.
Pada tahun 2011, masyarakat Pariaman untuk
pertama kalinya mengadakan pesta budaya Tabuik di Pekanbaru. Seperti hal di daerah asalnya, perayaan ini
diselenggarakan pada bulan Muharram, untuk
memperingati peristiwa Pertempuran Karbala. Meski bukan tradisi lokal, hal ini menunjukkan
keanekaragaman sekaligus salah satu iven untuk pengembangan sektor pariwisata.[55]
Sementara setiap tahunnya, komunitas Tionghoa di Pekanbaru juga menyelenggarakan perayaan Tahun Baru Imlek,
kemudian ditutup dengan perayaan Cap Go Meh.
Pesta ini umumnya dipusatkan di kawasan Senapelan terutama pada beberapa vihara besar seperti di Vihara Dharma Loka atau Vihara Tridharma
Dewi Sakti.
Olahraga
PSPS Pekanbaru merupakan klub utama sepak bola yang dimiliki oleh kota
ini, dan bermarkas di Stadion Kaharudin Nasution Rumbai. Namun pada tahun 2010 stadion ini direnovasi, karena
stadion ini juga persiapkan sebagai salah satu venue pada Pekan
Olahraga Nasional XVIII 2012
Riau. Sehingga pada kompetisi LSI, PSPS untuk sementara waktu pada pertandingan kandang menggunakan
Stadion Agus Salim[56]
dan Stadion
Kuansing.[57]
Sejak tahun 2009 kota ini mulai
membenahi berbagai fasilitas olahraga setelah provinsi Riau terpilih sebagai
tuan rumah penyelenggara Pekan Olahraga Nasional XVIII dan kualifikasi Piala
Asia U-22 tahun 2012. Untuk menyambut perhelatan akbar tersebut, Pekanbaru
membangun Stadion Utama Riau dengan kapasitas 43.923 kursi.[58]
Selain itu, Lapangan Golf tersebar
di beberapa tempat pada kawasan kota ini, antara lain Pekanbaru Golf Course
Country Club di Kubang Kulim, Simpang Tiga Golf Course di Kompleks AURI, Rumbai
Golf Course di Kompleks IKSORA Rumbai, dan Lapangan Golf Labersa di Kompleks
Labersa.
Pers
dan Media
Di Kota Pekanbaru telah berdiri TVRI
Riau sejak tahun 1997, sementara Pekanbaru
TV merupakan stasiun televisi swasta
pertama di kota ini, walau sempat mengudara pada tahun 2000, namun beberapa
tahun kemudian ditutup karena masalah keuangan. Riau TV yang
berada dalam konsorsium Group Jawa Post, mengudara sejak tahun 2001, beberapa
tahun kemudian berafiliasi dengan RTM-1 milik Malaysia.
RRI Pekanbaru merupakan stasiun
radio penyiaran milik pemerintah yang didirikan tahun 1959, dan memainkan
peranan penting selepas berakhirnya PRRI. Sementara beberapa stasiun radio swasta juga terdapat di
kota ini yaitu Green Radio Pekanbaru Dan radio lain yang tergabung dalam PRSSNI
Riau.
Genta merupakan surat kabar lokal pertama yang terbit di
Pekanbaru tahun 1979, surat kabar ini beroplah 2 ribuan dan disponsori oleh
pemerintah provinsi Riau waktu itu.[59]
Saat ini beberapa media cetak jenis surat kabar yang cukup banyak dikenal
masyarakat Kota Pekanbaru antara lain: Haluan
Riau, Riau Pos, Tribun Pekanbaru,
Pekanbaru
Pos, Pekanbaru
MX dan Koran
Riau.
Selain itu di Pekanbaru juga banyak
hadir media-media online seperti Gotoriau.com
yang menampilkan info-info populer seputar Pekanbaru pada khususnya dan Riau
pada umumnya, kemudian ada juga Politikriau.com yang berisi pemberitaan seputar
situasi politik di Pekanbaru dan Riau.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Pekanbaru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar